Cerita rakyat lain menceritakan tentang permintaan Sultan Kutai akan seribu papan sebagai sumbangan untuk membangun Istana Kesultanan Kutai yang baru. Dari seribu papan yang dikirim melalui jalur perairan, sepuluh papan kembali lagi ke kota ini. Sepuluh papan yang kembali disebut oleh orang Kutai sebagai “Balikpapan Tu” atau papan yang datang kembali.
Pada tahun 1897, sebuah perusahaan kilang minyak memulai pengeboran perdananya di kota ini. Sejak saat itu sumber-sumber minyak baru diketemukan di sekitar kota ini. Oleh karena itu kota ini dikenal sebagai Kota Minyak atau Banua Patra. Pembangunan jalan, pelabuhan, gudang, kantor, dan kompleks perumahan dimulai ketika sebuah perusahaan minyak Belanda tiba di tempat ini.
Selama Perang Dunia II, Balikpapan dikuasi oleh tentara Jepang. Pasukan Sekutu akhirnya membombardir Balikpapan untuk mengalahkan Jepang pada 24 Januari 1942. Hal ini mengakibatkan kerusakan kilang minyak dan fasilitas lainnya di Balikpapan. Kerusakan yang sangat besar pada masa perang dan hampir menghilangkan seluruh fasilitas produksi minyak akhirnya diperbaiki oleh Perusahaan Royal Shell Belanda. Shell terus beroperasi di tempat tersebut hingga perusahaan milik pemerintah Indonesia, Pertamina, mengambil alihnya pada tahun 1965.
Menjadi satu-satunya kilang minyak di kalimantan, Balikpapan berkembang sebagai pusat revitalisasi produksi minyak bumi. Pertamina membuka kantor cabang di tempat ini, diikuti oleh perusahaan-perusahaan minyak internasional, yang mengundang ratusan pekerja dari banyak tempat di Indonesia dan luar negeri.
Hari Lahir Balikpapan kemudian ditentukan pada tanggal 10 Februari 1897. Hari tersebut adalah hari pertama pengeboran minyak yang dilakukan oleh Mathilda Corporation sebagai realisasi kerjasama antara JH Menten dan Mr Adams dari Samuel & Co Firm.
1 komentar:
TES-TES
Post a Comment and Don't Spam!