(Foto: thinkstock)
Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), jenis kanker tertinggi di rumah sakit seluruh Indonesia pasien rawat inap tahun 2008 adalah kanker payudara (18,4 persen), disusul dengan kanker leher rahim atau serviks (10,3 persen).
Sedangkan menurut data Yayasan Kanker Indonesia (YKI) tahun 2006 berdasarkan patologi di 13 center, kanker serviks menempati urutan pertama dengan angka 16 persen, yang kemudian disusul dengan kanker payudara (15 persen). Artinya, perempuan Indonesia lebih berisiko terkena kanker.
"Kanker serviks dan payudara selalu urutan atas, berganti-gantian rangkingnya tapi tidak pernah turun," jelas Prof Dr dr Nila Djuwita Moeloek, SpM(K), Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dalam acara konferensi pers Pencanangan Gerakan Nasional Peduli dan Cegah Kanker Serviks dalam Rangka HUT YKI ke-35, di Kantor YKI, Jakarta, Rabu (18/4/2012).
Sekitar sepertiga dari kasus-kasus kanker termasuk kanker serviks datang ke tempat pelayanan kesehatan pada stadium yang sudah lanjut, di mana kanker tersebut sudah menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh, sehingga biaya pengobatan semakin mahal dan angka kematian semakin tinggi.
Padahal, kanker serviks merupakan salah satu kanker yang bisa dicegah yaitu dengan imunisasi vaksin HPV dan melakukan deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear atau IVA (inspeksi visual dengan menggunakan asam acetat).
"Sayangnya pengetahuan perempuan-perempuan Indonesia ini masih kurang. Kalau dilihat hanya 18 persen yang bisa sampai Perguruan Tinggi, bahkan masih ada 33 persen yang tidak tamat SD. Jadi apa yang mereka tahu tentang kesehatan," ujar Prof Nila.
Saat ini, menurut data nasional cakupan screening deteksi dini kanker serviks di Indonesia melalui Pap Smear atau IVA masih sangat rendah (sekitar 5 persen), padahal cakupan screening yang efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena kanker serviks adalah 85 persen.
"Ini merupakan cakupan screening data nasional, sekitar 5 persen, terutama dari perempuan-perempuan yang datang untuk deteksi dini sendiri. Ini yang akan kita tingkatkan," jelas Dr Yurni Satria, Ketua Bidang Pendidikan dan Penyuluhan YKI.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemerataan dan cakupan pelayanan deteksi dini kanker serviks melalui pelayanan Pap Smear atau IVA, serta meningkatkan kesadaran dan kepedulain masyarakat melalui kegiatan penyuluhan, YKI akan mencanangkan kegiatan 'Gerakan Nasional Peduli dan Cegah Kanker Serviks' bertepatan dengan Peringatan HUT YKI ke-35 yang jatuh pada 17 April 2012.
"Kita kan punya 68 cabang di seluruh Indonesia. Nanti dari YKI masing-masing cabang kita akan mengadakan pemeriksaan dan deteksi dini kanker serviks. Ada cost-nya tapi kecil. Kalau tanpa dihitung biaya menghargai petugasnya, IVA cuma RP 5.000, sedangkan Pap Smear sekitar Rp 50.000," lanjut Prof Nila.
0 komentar on Tiap 1 Jam 1 Perempuan Indonesia Meninggal Karena Kanker Serviks :
Post a Comment and Don't Spam!